Rabu, 27 Mei 2009

Ekonomi Islam VS Ekonomi Kapitalis

Distribusi: Sebuah Kritik Ekonomi Islam Pada Kapitalisme


oleh: Asikin (Ekionomi syariah 06)

Pendahuluan

Fenomena distribusi dalam ekonomi merupakan salah satu masalah yang masih debatable. Belum ada solusi yang bisa membuat puas setiap pelaku ekonomi.Dalam sejarah ekonomi Masalah distribusi menciptakan system ekonomi baru yaitu Sosialis. Kaum sosialis –dengan pelopor utrama Marx- membongkar kebobrokan kapitalisme yang selalu berpihak pada pemilik modal dalam pola-pola distribusinya.


Sebenarnya bila ditilik lebih lanjut akar ketidakpuasan pola distribusi system kapitalisme disampaikan oleh David Riccardo. Ketika itu dia “menghianati” Adam Smith dan para pengikutnya dalam hal pemikiran ekonomi. Adam Smith dkk mengganggap bahwa konsen utama ilmu ekonomi adalah pada kekayaan Negara yaitu bagaimana membuat suatu Negara kaya dan makmur, dalam zaman kita sering diukur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.


Pola pikir Adam Smith dkk mengasumsikan bahwa kekayaan Negara akan berefek pada kekayaan rakyatnya sehingga ketika tingkat pertumbuhan ekonomi melaju kencang maka akan diikuti dengan kemakmuran warganya.Tapi ada yang dilupakan Smith yaitu ketika kemakmuran sudah ada, masalah selanjutnya adalah bagaimana distribusi akan kemakmuran itu sendiri. Hal inilah yang menjadi konsen dari Riccardo. Sedangkan Smith terlalu konsen pada pertumbuhan ekonomi dan membuat dia lupa pada langkah selanjutnya: distribusi.


Lantas dimanakah posisi ekonomi Islam?.

Ekonomi Islam-dengan diwakili oleh para pemikir Islam- muncul ke permukaan sebagai akibat dari Agama Islam yang sangat komplek. Selanjutnya para pemikir Islam ini bersinggungan dengan ide-ide kapitalisme dan menganggap system ini cacat.Kelumpuhan sistem kapitalisme adalah pada ketergantungan mutlak pada modal. Dalam kapitalisme, modal adalah sesuatu yang privat, sehingga bisa dimanfaatkan semau pemiliknya. Dengan modal kita bisa memperoleh keuntungan.Sehingga pola distribusunya tergantung pada modal.Bila punya modal besar maka porsi dalam distribusi pendapatan semakin besar pula.


Hal inilah yang dilihat secara kritis oleh pemikir kontemporer islam-seperti:Siddiqi,Naqvi, Kahf-. Mereka mendekonstruksi teori distribusi neoklasik dan memberikan beberapa solusi.Berangkat dari sini, esai ini disusun. Yaitu untuk menganalisis kritikan para pemikir kontemporer islam terhadap teori neoklasik.Penulis hanya membatasi pada pemikir kontemporer karena terbatasnya referensi pada pemikir islam klasik, dan karena rentang waktu yang cukup panjang dari kita. Semakin jauh rentang waktu, semakin berbeda masalah yang dihadapi.

Pembahasan akan dimulai dengan kritik terhadap teori distribusi pada sistem kapitalisme.


Distribusi : Mengapa harus ada??


Mengapa distribusi harus ada? Pertanyaan menggelitik yang harus dipecahkan sebelum membahasnya. Siddiqi berargumen bahwa raison d’etre distribusi adalah karena kepemilikan yang tidak seragam.Kepemilikan tidak akan pernah seragam sehingga akan berefek pada ketimpangan pendapatan, hal inilah yang menjadi legitimasi akan selalu adanya distribusi. Untuk itulah diperlukan campur tangan pemerintah untuk menjalankan fungsinya sebagai mediator distribusi.


Islam Menjawab Distribusi


Dalam sistem kapitalisme distribusi pendapatan tidak akan pernah merata alias akan selalu timpang. Karena proporsi akan pembagian distribusi pendapatan tergantung akan besarnya modal. Modal adalah sesuatu yang privat dan tidak boleh diregulasi. Sehingga hasilnya jelas siapa yang punya modal akan semakin kaya, yang tidak punya modal akan semakin papa hidupnya.Modal adalah sumber akan distribusi pendapatan.Modal adalah hak milik pribadi, pemerintah tidak punya hak untuk mengutik-utiknya.Itu dalam sistem Kapitalis.


Untuk itu ekonomi islam datang dan mengkritiknya. Dalam ekonomi Islam sumber pembagian distribusi harus merata terlebih dahulu, baru setelah itu rakyat bisa dibebaskan untuk bersaing. Modal harus dibagikan secara merata dan itu adalah peran pemerintah sebagai mediator distribusi.Dalam kapitalisme akses pemeratan distribusi pada modal awal sangat tidak tersentuh.


Ketika modal bisa merata terdistribusi maka persaingan bisa adil.Naqvi mencontohkan yaitu peran pemerintah yang harus tegas pada pengambilan pemilikan atas tanah. Pada zaman itu tanah adalah sumber pendapatan, ketika tanah hanya dimiliki oleh segelintir orang saja maka pendatan akan berputar pada segelintir orang pula. Ketika pembagian tanah(sumber pendapatan) merata maka itulah yang dinamakan keadilan distribusi.dan persaingan sempurna bisa diaplikasikan bila asumsi pemerataan sumber pendapatan bisa tercapai terlebih dahulu (Aslam Haneef:2006).


Pemikir ekonomi Islam kontemporer menyebut masalah diatas sebagai pre-production distribution. Ketika pre-production distribution tercapai maka distorsi ekonomi terhindari. Uang tidak akan berputar pada orang-orang kaya saja. Disinilah puncak dari ketimpangan seluruh distribusi pada sistem kapitalisme.


Contoh konkret dari akibat ketimpangan pre-production distribution yang akan berefek pada ketimpangan distribusi pendapatan adalah sebagai berikut:

”Si A termasuk orang yang kurang mampu karena ayahnya dan keluarganya adalah pengangguran. Untuk makan bisa besok saja Si A dan keluarga sudah sangat bersyukur. Beda dengan si B. Dia lahir dan berkembang dilingkungan keluarga pengusaha. Dia hidup sangat berkecukupan. Ketika Si B lulus SMA,melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas ternama diluar negeri, ketika sudah menematkan kuliahnya Si B dengan mudah masuk ke lingkungan kerja yang bergaji tinggi. Sedangkan Si A yang malang, tidak bisa sekolah dan tentunya sulit mencari pekerjaan kalaupun dapat gajinya masih jauh dari kata cukup.


Dari deskripsi diatas, jelas bahwa yang membedakan Si A dan B adalah finansial keluarga sehingga membedakan keduanya dalam mendapatkan distribusi pendapatan. Salah satu sumber dari pendapatan zaman modern adalah pendidikan. Sehingga bila akses terhadap pendidikan tertutup maka pembagian distribusi pendapatan akan timpang pula. Bagi si B berpikir tentang makan esok hari saja sulit apalagi berkhayal tentang pendidikan yang tinggi.Tanpa pendidikan yang tinggi akan sulit untuk melakukan mobilisasi sosial keatas.


Dalam hal ini ekonomi Islam mengusulkan agar pemerintah menjamin kesubsistenan warganya dan dilanjutkan dengan menggratiskan pendidikan. Karena pendidikan adalah salah satu sumber bagi distribusi pendapatan.


Distribusi Awal Sejauh Mana? Tingkat Ketimpangan Yang Dimaafkan


Lantas sejauh manakah distribusi awal modal dilakukan??

Para pemikir Islam kontemporer masih berdebat-silih mengenai hal ini. Belum terselesaikan. Tapi setidaknya untuk memperjelas masalah maka harus dikonkritkan.Penulis mempunyai usul:

  1. Pemerintah membuat kebijakan pajak progresif atau juga melalui zakat, yang penting ada transfer pendapatan dari kaya ke si miskin

  2. Hasil dari pajak progresif di transfer kepada kaum papa yang sangat membutuhkan untuk melanjutkan hidupnya

  3. Menggratiskan pendidikan dan akses mudah terhadap fasilitas yang lainnya


Dengan begitu posisi kaum papa yang sebelumnya termarginalisasi bisa sedikit terangkat. Kebijakan diatas sangat menyudutkan orang kaya karena seperti terkuras haknya. Hal itu harus dilakukan pemerintah karena realitanya posisi pola distribusi saat ini sangat timpang dan memihak kaum kaya. Jadi pemerintah dalam niat baiknya untuk mengurangi ketimpangan harus memihak pada kaum papa.


Lantas sejauh mana ketimpangan dimaafkan?


Ketika hak-hak dasar untuk hidup kaum papa terpenuhi dan bisa menggapai pendidikan dengan akses yang mudah, maka selanjutnya yang berperan adalah pasar dalam mendistribusikan pendapatan. Pasar yang akan memilih pendapatan siapa/pola distribusi pendapatan. Sehingga ketika terjadi ketimpangan setelah pre-production distribution sudah tercapai, maka itu hal yang dibolehkan. Karena ketidakmerataan pendapatan yang terjadi pada saat itu adalah proses alamiah.


Kesimpulan Dan Penutup


Distribusi adalah masalah yang sangat vital dalam perekonomian. Tanpa distribusi pendapatan, barang hasil produksi tidak akan terbeli. Dan hasrat akan konsumsi tidak akan pernah tercapai karena tidak adanya alat tukar untuk barang konsumsi.Ketika tidak punya uang,bagaimana kita bisa membeli barang konsumsi??

Ekonomi Islam-melalui pemikir ekonomi islam kontemporer-telah mendekonstruksi teori distribusi kapitalisme, sesuatu yang sebelumnya belum disentuh telah dianggap sebagai sumber utama masalah pola distribusi pendapatan yang timpang.

Sumber pendapatan yang hanya bisa diakses oleh kaum kaya membuat dia satu-satunya yang minikmati kue distribusi pendapatan pada pesta yang bertajuk kapitalisme. Sehingga yang kaya-yang mempunyai modal banyak-semakin kaya dan yang miskin akan semakin papa.


Pre-production distribution itulah yang menjadi landasan kritik para pemikir ekonomi islam kontemporer terhadap distribusi kapitalisme. Solusi sudah diberikan tinggal bagaimana subjek pelaku ekonomi memainkan perannya apakah akan menjadi rational economicman yang membuat modal menjadi sesuatu yang privat sehingga ketimpangan distribusi akan terus terjadi atau menjadi Islamicman yang mencoba membawa kita pada keadaan yang berbeda.


Wallahu a’lam Bishawab.






Kepustakaan


Aslam, Mohamed Haneef.2006. Pemikiran ekonomi Islam Kontemporer:Analisis Komparatif Terpilih.Surabaya:Airlangga University Press


Djojohadikusumo, Sumitro.1991.Perkembagan Pemikiran Ekonomi.Jakarta :Yayasan Obor Indonesia


www.islamic-world.net/economics/muslim_scholars.htm


www.muslimphilosophy.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar